Ada keanehan yang aku rasakan sedari pacaran dengan Tito dulu. Beberapa kali aku datang ke rumahnya aku melihat ayah Tito hobi sekali memotong rambut wanita. Padahal dia bukan seorang penata rambut. Jadi aneh saja buat aku melihatnya. Pernah aku melihat Ibu Tito yang dipotong kemudian kakak perempuan Tito,saudara saudara perempuan yang lain juga pernah kulihat rambutnya dipotong ayah Suamiku itu. Tampak sekali beliau sangat menikmati hobi ya itu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Tapi bagi aku itu aneh juga lihat orang kegemarannya memotong rambut wanita. Sebuah hobi yang unik dan tidak lazim.
Aku pun sempat berpikir jangan jangan ketika nanti aku sudah jadi menantunya Akan dipotong pendek juga rambutku. Karena dari yang aku lihat ayah Tito memotong pendek rambut wanita wanita yang di potongnya. Waduh gawat juga nie,kalau nanti menolak takut ayah Tito kecewa tapi aku juga tidak mau rambutku dipotong pendek. Semoga ayah Tito tidak meminta ku untuk menjadi model potong rambutnya. Aku pun sempat membicarakan ini dengan tito cuma sepertinya dia menanggapi dingin masalah ini.
Setelah cuti kerja habis Suamiku pun kembali bekerja seperti biasa. Sedang aku tetap tinggal di rumah bersama keluarga Suamiku. Aku pun merasa nyaman karena keluarga Suamiku memperlakukan aku seperti anak sendiri jadi aku pun bisa dekat dengan mereka hingga suatu hari.....
Ayah mertua mendatangiku. Beliau mengajak ku berbicara Dan aku berusaha untuk mendengar kan Dan menanggapi ya. Lalu beliau berkata," Debby boleh ayah memotong rambut kamu?"
Pertanyaan yang selama ini dikhawatirkannya akhirnya muncul juga.
" maaf yah sepertinya Debby harus meminta ijin mas Tito dulu ya yah." jawab Debby berusaha untuk menolak secara halus agar ayah mertuanya tidak kecewa. Ayah mertuanya pun bisa mengerti Dan memberi kesempatan Debby untuk minta pendapat suaminya.
Malam harinya sebelum tidur Aku mengatakan permintaan ayah kepada Suamiku," Mas tadi ayah bilang kalau dia ingin sekali memotong rambutku,bagaimana ya? Aku sebenarnya tidak mau dipotong mas,cuma nanti ayah marah atau kecewa tidak ya?"
" Ya mungkin ayah Akan kecewa,tapi kalau sayang memang tidak mau dipotong ya bilang saja. Cuma kalau mau buat ayah bahagia ya ikhlasin saja rambut sayang toh nanti juga panjang lagi."
" Aduh bagaimana ya mas? Aku jadi bingung."
" Ya jalani pilihan yang sayang yakini saja,toh mas juga tidak mempermasalahkan rambut sayang panjang atau pendek tidak mengarungi rasa sayangnya mas."
Aku pun berpikir semalaman untuk mendapatkan jawaban yang harus aku katakan kepada ayah mertua. Sampai sampai mata ini sulit untuk terpejam.
Keesokan paginya setelah suamiku berangkat kerja Dan aku sudah menyelesaikan pekerjaan rumah ku aku pun segera membersihkan diri lalu bersantai sejenak di depan televisi. Sampai kemudian datang ayah mertua ku.....
" Bagaimana Debby apakah Tito sudah mengijinkan kamu rambutnya ayah potong?"
Jantung Ku serasa berdegup kencang,dengan agak ragu aku menjawab," mas Tito memberi ijin yah jadi Debby bersedia rambutnya di potong sama ayah."
Ayah mertuaku seperti berserk kegirangan sambil sesekali melihat rambut sepunggungku yang lurus dan lebat ini.
" Kalau begitu dipotong sekarang saja ya,ayah sudah tidak sabar untuk memotong rambut menantunya kesayangan keluarga ini." kata ayah sambil berlalu untuk mengambil peralatan potong rambutnya Dan sebuah kursi.
Aku masih terdiam bengong di depan TV seolah olah masih belum percaya dengan jawaban yang keluar dari mulut ku sendiri. Lalu ayah sudah datang membawa kursi Dan peralatan potong rambut.
Dengan langkah ragu mulai kudekati kursi itu Dan terasa sungguh berat waktu berusaha untuk mendudukinya. Kini aku pun sudah pasrah tertahan di kursi ini.
Ayah mertuaku lalu memakaikan sebuah kain putih yang biasa dipakai di salon atau tempat pangkas rambut ke tubuhku. Beliau kemudian mulai menyisiri rambut panjang seeping gangti,yang sudah beberapa tahun ini tidak pernah aku potong. Paling hanya trim ujungnya saja sekitar 1-2cm. Kini sebuah gunting sudah di tangan kanannya Dan siap untuk segera bekerja. Krek...Krek...Krek...Krek...
Suara yang membuat aku takut dan sedih karena harus berpisah dengan rambut panjangku. Sungguh membuatku tidak bisa berkata apa apa Dan mata mulai berkaca-kaca. Semakin banyak rambut yang terpotong gunting di tangan ayah mertuaku hingga membuat air mata ini tidak dapat di bendung lagi. Jatuhnya rambut rambut panjangku ke kain putih penutup tubuh Dan lantai itu seiring dengan air mata yang juga mulai berjatuhan ke pipi. Tampaknya ayah tidak peduli dengan keadaan ini Dan semakin bernafsu membabat rambut panjangku ini.
Tanpa di bagi beliau sisir rambutku Dan langsung dibabat rata sebahu. Tumpukan rambutku di lantai membuat kesedihanku belum juga beranjak pergi. Sebenarnya terasa lebih enteng juga tapi ko rasanya masih belum merelakan kepergian rambut panjang itu Dari kepala ku. Rambutku dipotong rata tanpa poni oleh ayah mertuaku. Ayah pun mengambil sikat rambut lalu membersihkan potongan potongan rambut yang menempel di kain putih yang menutupi tubuhku. Setelah itu dengan sebuah hair dryer ayah mertuaku mengeringkan Dan memblow rambutku.
" sudah selesai menantuku..." kata ayah sambil membuka kain putih yang melindungi tubuh Dan pakaian Dari potongan potongan rambut yang jatuh.
Aku segera bergegas meninggalkan kursi itu dan segera masuk ke kamar untuk mencari..... CERMIN!!! Ya sebuah benda yang bisa memperlihatkan hasil guntingan ayah mertuaku. Ternyata setelah aku melihat di cermin aku tidak suka rambut baru Ku. Tapi aku harus bisa tersenyum seolah aku suka potongan rambut yang dibuat ayah mertuaku.
Sore hari sepunggung kerja tampaknya suamiku terkejut dengan model rambut baru Ku. Dan kemudian di dalam kamar dia malah tertawa. Aku jadi semakin tidak percaya diri dibuatnya.
" Terus bagaimana donk mas? Aku rapi kan di salon saja ya?" kataku sambil cemberut sama mas Tito.
" Udahlah ga usah bagus ko, hahahaha...." Suamiku tertawa lagi.
Lalu di bercerita kalau ayahnya tu memang hobi memotong rambut wanita. Walaupun dia bukan penata rambut atau tukang pangkas. Dan bagi sebagian orang yang tau hobi seperti itu yang disebut hair fetish. Dengan masih dongkol aku pun berusaha untuk memahami penjelasan suamiku.
Lalu suamiku berkata," udah ga usah dibenerin di salon. Aku rapiin saja."
Dia lalu mengambil sesuatu dalam almarinya. Disuruh duduk aku lalu dia pakaikan kain penutup tubuh seperti ayah mertua tadi aku hanya bengong dan bertanya dalam hati....
" jangan jangan mas Tito hair fetish juga? Sudah berapa wanita yang di babat rambutnya? Ko aku tidak pernah mengetahuinya...." be ribu pertanyaan berkecamuk dalam pikirkan sampai tidak menyadari potongan2 rambut mulai jatuh ke pangkuan.....
Selesai....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar